Selasa, 01 Januari 2019

JALUR KERETA LUBUK PAKAM - BANGUN PURBA


Jalur kereta api Lubuk Pakam-Bangun Purba adalah jalur kereta api nonaktif yang menghubungkan Stasiun Lubuk Pakam dengan Stasiun Bangun Purba. Lintas kereta api sepanjang 27,936 km ini dibangun mulai tahun 1901 oleh Deli Spoorweg Maatschappij (DSM) bersamaan dengan jalur Kampung Baru-Pancur Batu, Selesai-Kuala.

Jalur Lubuk Pakam-Bangun Purba ini diresmikan untuk digunakan pada tanggal 10 April 1904. 


Jalur kereta api dengan lebar sepur 1,067 m ini ditutup kurang-lebih pada tahun 1970-an. Bekas-bekas bangunan stasiun maupun jembatan kereta api sebagian masih dapat dilihat, akan tetapi kebanyakan relnya sudah lenyap. Demikian pula sistem komunikasi, persinyalan, dan lain-lain tanda-tanda lalu lintas. 


Jalur kereta api Lubuk Pakam-Bangun Purba dibangun sebagai bagian dari sarana dan prasarana pengangkutan komoditas perkebunan dari pedalaman menuju Medan, dan akhirnya ke Belawan sebagai pelabuhan kapal-kapal dagang untuk mengekspor hasil bumi ke luar negeri. NV. Deli Spoorweg Maatschappij --yang membangun jalur ini-- didirikan pada 1883 atas inisiatif J.T. Cremer, pada saat itu administratur pada perusahaan perkebunan tembakau yang sangat terkenal di Sumatra Timur, Deli Maatschappij (DM).


Hingga akhir 1890, DSM telah membangun jalur-jalur kereta api yang menghubungkan Medan dengan bandar-bandar pengekspor hasil bumi seperti Labuhan di tepi Sungai Deli, dan Belawan. Dan sebaliknya, juga menghubungkan kota Medan dengan wilayah-wilayah pedalaman penghasil aneka komoditas perkebunan seperti Binjai dan Selesai di Langkat, Deli Tua, ke timur hingga Serdang, Lubuk Pakam dan Perbaungan.


Jalur cabang Lubuk Pakam hingga ke Bangun Purba mulai direalisasikan dengan besluit Pemerintah Kolonial No. 25, tgl. 13 Juli 1901. Berselang tiga tahun masa pembangunan, jalur ini resmi digunakan pada tanggal 10 April 1904.

Jalur ini unik karena pernah dibongkar pasang dan sempat bolak-balik aktif/non aktif dalam pusaran sejarah. Jalur sepanjang 27.9 km ini dibangun DSM berdasarkan Besluit No. 25 tanggal 13 Juli 1901 dan diresmikan penggunaannya pada 10 April 1904. Jalur ini sempat dibongkar Jepang tahun 1942 untuk dibawa ke Sumatera Tengah, dan dibangun ulang hingga ke Petumbukan oleh DSM tahun 1948. Setelah nasionalisasi DSM oleh Indonesia di tahun 1958 dan pengelolaan beralih, jalur ini masih sempat aktif digunakan. Namun karena keterbatasan sarana perkeretaapian dan kurangnya pengelolaan akhirnya ceritanya tidak berakhir indah. 

Jalur ini kini sudah tidak digunakan lagi, mangkrak, prasarana sudah berhilangan dan akhirnya dimanfaatkan masyarakat. Salah satu artefak yang tersisa adalah pondasi jembatan yang berada di jalan besar Petumbukan. Walaupun jembatan ini agak tersembunyi dibalik pepohonan dan semak-semak, namun kokohnya konstruksi era kolonial yang membuatnya mampu bertahan lebih dari 100 tahun masih jelas terlihat.

Jalur kereta api Lubuk Pakam-Bangun Purba terhubung dengan jalur kereta api Medan-Tebing Tinggi di Stasiun Lubuk Pakam.


Daftar Stasiun


Stasiun Lubuk Pakam
Stasiun Lubuk Pakam tahun 1920an. Foto: Museum Tropen
Stasiun Lubuk Pakam (LBP) merupakan stasiun kereta api kelas II yang terletak di Jalan Wahidin Sudirohusodo, Tanjung Garbus, Lubuk Pakam, Deli Serdang. Stasiun yang terletak pada ketinggian +16,85 meter ini termasuk dalam Divisi Regional I Sumatera Utara dan Aceh. 
Gerbong barang yang terpakir di emplasemen Stasiun Lubuk Pakam. Foto: Museum Tropen
Stasiun Lubuk Pakam dahulunya merupakan stasiun percabangan antara Medan, Tebing Tinggi, dan Bangun Purba. Jalur ke Bangun Purba kini sudah tidak ada lagi.
Percabangan jalur kereta menuju Bangun Purba (kanan) dan Tebing Tinggi (kiri) di Stasiun Lubuk Pakam

Stasiun ini memiliki tiga jalur kereta api dengan jalur 1 sebagai sepur lurus, dan satu sepur badug yang menyambung di jalur 1.



Kini bangunan Stasiun Lubuk Pakam berbentuk semi-modern tanpa menyisakan sama sekali arsitektur zaman kolonial. Stasiun ini memiliki atap datar dan memiliki ruang tunggu terbuka yang menjadi pusat perhatiannya. Stasiun ini juga merupakan tempat bongkar muat batu-batu balast/kricak untuk digunakan di jalur-jalur kereta api Sumatera Utara. Oleh karena itu, di sekitar stasiun ini terdapat banyak gerbong-gerbong terbuka seperti TTW, YYU, TTRW yang digunakan sebagai pengangkut kricak.
Bangunan Stasiun Lubuk Pakam. Foto: PT KAI

Saat ini Stasiun Lubuk Pakam melayani penumpang KA Sri Bilah, Putri Deli dan Siantar Ekspres.



Stasiun Pagar Merbau

Stasiun Pagar Merbau berada di Km 8 lintas Lubuk Pakam - Bangun Purba. Lokasinya sendiri berada di Desa Sidoarjo I Jati Baru Kecamatan Pagar Merbau, Deli Serdang.


Bangunan eks Stasiun Pagar Merbau. Foto: Ramdhay

Stasiun Tanah Abang

Stasiun Tanah Abang berada di Km 11 lintas Lubuk Pakam-Bangun Purba. Lokasi Stasiun berada di Desa Tanah Abang, Kecamatan Galang, Deli Serdang.


Stasiun Galang

Stasiun Galang berada di KM 15 lintas Lubuk Pakam - Bangun Purba. Lokasi stasiun berada di Kelurahan Galang Kota, Kecamatan Galang, Deli Serdang.




Pada awal tahun 1900an, terjadi ledakan permintaan dunia terhadap komoditas karet. Oleh karenanya, para Direktur dari NV Deli Batavia Maatschappij (DBM) pada tanggal 31 Maret 1910 mengambil keputusan untuk mendirikan sebuah perusahaan baru yang bergerak pada budidaya karet, yang diberi nama NV Deli Batavia Rubber Maatschappij (DBRM). 

Perusahaan baru ini dimulai dengan modal saham sebesar 1,4 juta Gulden plus pengalihan lahan kebun DBM ke DBRM yakni kebun Bandar Negri dan Sarang Giting di daerah Padang-Bedagai dan kebun Dolok Oeloe di Simeloengoen. Kebun Bandar Negri dan Sarang Giting memiliki lokasi yg strategis, karena sebelumnya di tahun 1904, Deli Spoorweg Maatschappij telah mengembangkan jaringan kereta apinya dengan pembangunan jalur Lubuk Pakam ke Bangun Purba, dimana jalur ini juga melintasi daerah Galang yang terletak hanya kurang lebih 20 mil dari lokasi kebun DBRM di Bandar Negri dan Sarang Giting. 

Sisa kejayaan perusahaan DBRM masih terlihat di kompleks eks stasiun Galang ini. Di lokasi tersebut, hingga kini masih terdapat beberapa bekas gudang DBRM yang masih tegak berdiri dengan sisa-sisa rel yang masih terlihat. Emplasemen stasiun Galang yang memiliki setidaknya 3 jalur juga menunjukkan bahwa pada masa lalu hasil karet di daerah ini cukup sukses dan produktif.





Bangunan eks Stasiun Galang. Foto: Ramdhay
Bekas viaduct kereta api di Sei Karang, Galang

Stasiun Petumbukan


Stasiun Petumbukan berada di Km 19 Lintas Lubuk Pakam - Bangun Purba. Stasiun ini masih di wilayah Kecamatan Galang tepatnya berada di Desa Petumbukan.
Sisa-sisa kejayaan jalur KA Lubuk Pakam-Bangun Purba. Foto: Minkadel

 Bangunan bekas Stasiun Petumbukan. Foto: Ramdhay

Stasiun Sialang
Stasiun Sialang berada di Desa Sialang, Kecamatan Bangun Purba, Deli Serdang. Stasiun ini berada di Km 24 lintasan Lubuk Pakam - Bangun Purba. Kini bentuk bangunan stasiun tidak ada lagi hanya menyisakan rumah karyawan PJKA.
Bekas rumah karyawan PJKA di Stasiun Sialang. Foto: Ramdhay
Stasiun Bangun Purba
Stasiun Bangun Purba tahun 1920an. Foto: Museum Tropen
Stasiun Bangun Purba merupakan Stasiun Terminus Akhir jalur Lubuk Pakam - Bangun Purba. Berada di Km 28, Stasiun ini berlokasi di Desa Bangun Purba, Kecamatan Bangun Purba.

Stasiun Bangun Purba atau Bangoenpoerba dalam ejaan Belanda pada awalnya dibangun untuk mengakomodasi pengangkutan hasil perkebunan kopi yang tersebar di wilayah ini.
Sama seperti nasib bangunan stasiun lainnyadi jalur non aktif ini, kini bangunan Stasiun Bangun Purba telah beralih fungsi menjadi rumah penduduk.

Bangunan eks Stasiun Bangun Purba. Foto: Ramdhay


 

SEJARAH JALUR KERETA MEDAN-DELI TUA


Jalur percabangan di Medan. Foto: KITLV
Sebenarnya Medan memiliki jalur kereta yang menghubungkan wilayah selatannya. Jalur ini dibuat pada masa kolonial Belanda dan ditutup saat jalur ini dianggap kalah bersaing dengan moda transportasi lainnya. 

Deli Tua sudah menjadi kota sejak dahulu karena disini pernah berdiri Kerajaan Haru, cikal bakal Kesultanan Deli, Serdang dan Langkat.

Deli Spoorweg Maatschappij ( DSM) membangun jalur KA line Deli : Belawan – Medan – Deli Tua. Jalur kereta ini membentang dari Stasiun Medan ke selatan hingga kemudian bercabang di Kampung Baru menuju Kecamatan Deli Tua dan Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang.
Peta Jalur Kereta Medan-Deli Tua. Foto: US Army Map
Pembangunan jaringan Kereta Api di tanah Deli merupakan inisiatif J. T. Cremer yakni manajer perusahaan Deli (Deli Matschappij) yang menganjurkan agar jaringan Kereta Api di Deli sesegera mungkin dapat dibangun dan direalisasikan mengingat pesatnya perkembangan perusahaan perkebunan Deli. 

Beliau juga telah menganjurkan pembukaan jalan yang menghubungkan antara Medan-Berastagi dengan fasilitas hotel seperti hotel grand Berastagi dan Bukit Kubu sekarang sebagai tempat peristirahatan pengusaha perkebunan. Pembangunan jaringan Kereta Api ini dimungkinkan oleh pemberlakuan UU Agraria Tahun 1870 dimana penguasa kolonial Belanda dimungkinkan untuk menyewa tanah dalam waktu relatif lama yang tidak saja diprioritaskan bagi sektor perkebunan. 

Disamping itu, berkembangnya Belawan sebagai bandar kapal ekspor hasil perkebunan ke Eropa telah pula mendorong laju percepatan pembangunan jaringan Kereta Api yang menghubungkan daerah-daerah perkebunan di Sumatra Timur. Kecuali itu, jalur transportasi sungai dinilai cukup lambat dalam proses angkutan hasil produksi perkebunan menuju Belawan.

Pemandangan dari atas Menara Air Tirtanadi, terlihat ada percabangan kereta, ke kiri menuju Lubuk Pakam dan lurus menuju Deli Tua dan Arnhemia.
Dahulu, jalur ini memiliki 6 Stasiun di jalur Medan-Deli Tua dan 9 stasiun di jalur Medan-Pancur Batu. Jalur ini berpisah di Stasiun Kampung Baru.

Jalur ini dibangun Deli Spoorweg Maatschappij ( DSM) bersamaan dengan jalur lainnya sebagai penghubung Kota Medan berdasarkan SK No.17 Tanggal 23 januari 1883 dan diresmikan pada 4 September 1887 oleh Res. Kroesen.
Kereta saat melintas diantara Istana Maimun dan Masjid Raya Medan. Foto:KITLV
Saat era DSM, jalur sepanjang 15 km ini memiliki 6 stasiun, yaitu Stasiun Medan Pusat, Soengeimati, Kampongbaroe, Kedeidoerian, Delitoewa dan berakhir di Batoe, Sibiru-Biru.



Kereta rel bermesin bensin (benzine motor - spoorrijtuigen) Renault-Beynes buatan pabrikan La Société Anonyme des Usines Renault, Paris, Perancis yang didatangkan DSM tahun 1925, 6 tahun sebelum Sentinel-Cammel, yang digadang sebagai pionir pesaing otobus. Untuk bersaing, DSM memulainya dengan membeli kereta bermesin tipe kecil dengan tujuan kelincahan dalam pengangkutan. Bukan mengejar kuantitas besar penumpang dalam sekali angkut melainkan kuantitas kecil dalam frekwensi tinggi pada pergerakan di lintas lokal. DSM memilih tipe kecil dengan kursi sejumlah 40 buah yang terbagi untuk kelas 1 dan kelas 2. Saat itu kereta ini digunakan DSM pada lintas lokal yakni Belawan - Medan - Delitoewa, Kwala - Timbang Langkat - Arnhemia, dan Bangoen Poerba - Loeboeq Pakam. 

Kereta bermesin bensin ini mendatangkan keuntungan untuk digunakan pada lintas lokal karena tidak memerlukan lokomotif penarik, pengisian bahan bakarnya sangat mudah dan dilakukan hanya sekali dalam sehari, mesinnya sangat cepat untuk disiapkan, tidak memerlukan air, tidak perlu dilangsir karena kereta ini dapat digunakan maju atau mundur, dan yang terpenting harganya lebih murah dari kereta penumpang yang ditarik lokomotif. Chassis dan mesin kereta ini dibuat dan dirakit di pabrikan Renault, Paris, sedangkan untuk bodyworknya dilaksanakan oleh pabrikan kereta Beynes di Haarlem Belanda. Kecepatan maksimum kereta ini 40km/jam, sesuai dengan aturan DSM untuk lintas lokal kala itu. Hingga tahun 1942 tercatat masih ada 10 unit kereta mesin bensin Renault - Beynes yang dimiliki DSM, namun semua dalam kondisi rusak.




Pada tahun 1982, perkeretaapian di Sumatera Utara menjadi agak lebih berwarna dengan kehadiran 2 set Diesel Multiple Unit/Kereta Rel Diesel (DMU/KRD) bertipe MCW 302 buatan Nippon-Sharyo, Jepang, untuk melayani lintasan lokal Medan - Delitua. Namun sayang, usia operasi KRD ini hanya berlangsung selama 6 tahun dengan penghentian layanannya secara resmi pada tahun 1988 karena keterbatasan suku cadang yang harus didatangkan dari Jepang.


3D model KRD MCW 302 Sumut skala 1:76 hasil karya creator 3d model Foto: @depo_gorongan

Daftar Stasiun 

Stasiun Batu

Stasiun Batoe/Batu (BU) berada pada lintasan km 14+283. Tahun 1915, jalur Medan-Deli Tua diperpanjang sejauh 3 km menuju Batoe. Perpanjangan jalur ini dilakukan karena daerah Batoe merupakan tempat dimana banyak tersedia batu-batu kali, yang bila dipecahkan menjadi gravel akan menjadi material yang bagus untuk pengerasan jalan dan tentunya untuk batu ballast rel kereta api. 

Pada masa sebelum dibuat jalur langsung ke Batoe, gravel tersebut dibawa terlebih dahulu ke Stasiun Delitua sebelum diangkut menggunakan kereta api. DSM mengangkut dan menggunakan gravel dari Batoe tersebut bahkan hingga ke pembangunan Langkatlijn, yakni jalur kereta Pangkalanbrandan, Besitang hingga Pangkalansusu. Dan karena gravel juga digunakan untuk pengerasan jalan, maka DSM juga membuka jasa pengangkutan gravel ini untuk perusahaan lain. Pada masa itu, selain mengambil gravel dari Batoe, gravel juga diambil dari daerah Arnhemia.

Stasiun Deli Tua

Emplasemen Stasiun Deli Tua
Stasiun Deli Tua (DT) merupakan salah satu stasiun di jalur Medan-Deli Tua kilometer 12 atau tepatnya berjarak 11,249 km dari Stasiun Pusat Medan. Stasiun ini berada di Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang.
Aktifitas di Stasiun Deli Tua

Peta Stasiun Deli Tua Tahun 1893
Stasiun Kedai Durian
Stasiun Kedai Durian (KDI) merupakan salah satu stasiun di eks-Jalur KA Medan – Deli Tua. Stasiun terakhir sebelum Stasiun tujuan Deli Tua.
Bekas Bangunan Stasiun Kedai Durian. Foto: Ramdhay
Stasiun Kedai Durian berada di km 9 (km 8+259) jalur Medan-Deli Tua atau tepatnya di Jalan Stasiun Kedai Durian, Desa Kedai Durian, Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

Stasiun ini terletak persis di sekitar garis perbatasan Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang. Kini, jalur kereta sudah dipadati rumah penduduk di sekitar sini amat sangat padat baik sekitar Kedai Durian dan Marindal.
Sisa Emplasemen Stasiun Kedai Durian, Terlihat jalan menanjak yang merupakan sisa rel









Stasiun Kampung Baru

Bangunan ex stasiun Kampung Baru. Foto: Minkadel
Stasiun Kampung Baru (KMU) berada pada km 4+467 lintas Medan–Batu. Stasiun non aktif yang pada masanya sempat menjadi stasiun kecil namun penting bagi perkembangan kereta api di Tanah Deli. Stasiun ini dibangun bersamaan dengan pembangunan jalur kereta api lintasan Medan - Delitua antara tahun 1885-1887. Di lokasi ini jugalah terdapat percabangan jalur KA ke Arnhemia (Pancur Batu) yang diresmikan pada tahun 1907.

Stasiun Sultan van Deli

Stasiun Sultan Van Deli (SVD) ini berada tepat didepan Istana Maimun milik Kesultanan Melayu Deli (km 1+828).
Halte Sultan van Deli dekat Istana Maimun
Halte Soengeimati

Halte Y. Tukangbesi

Halte Y.Tukangbesi (YTB) berada di km 1+118.


Bersambung...