Jalur Krueng Mane-Krueng Geukeuh adalah jalur kereta
api aktif satu-satunya di Provinsi Aceh yang berada di Kabupaten
Aceh Utara. Jalur ini juga menjadi satu-satunya jalur aktif dengan lebar
sepur 1435 mm yang merupakan standar internasional setelah lintas Solo-Madiun
tidak lagi digunakan. Rencananya jalur ini akan diperpanjang untuk
menghubungkan antara Kota Lhokseumawe dan Kota Bireuen.
Pembangungan rel kereta oleh Ditjen KA dari tengah ini merupakan tindak lanjut hasil studi dari Perancis mengenai pembangunan KA dari Kota Lhokseumawe ke Bireun. Karena telah ada studinya, Maka Ditjen KA merealisaikan hasil studi itu. Maka perkeretaapian di bumi Serambi Mekah dimulai kembali. Tidak mudah memang mewujudkan kembali KA di kota yang pernah berjaya menghasilkan gas Arun ini. Pemerintah berhasil membangun rel KA sepanjang 11, 3 km.
Sebenarnya jalur KA yang dibangunan pemerintah di Propinsi Aceh ini juga belum sesuai kebutuhan transportasi. Jalur yang dibuat tanggung, belum menghubungkan satu kota ke kota lain. Dengan demikian maka tidak jelas untuk mengangkut apa tujuan ke mana KA ini akan dioperasikan. Bila difungsikan sebagai angkutan penumpang jalur KA ini akan menyulitkan karena masih terbatas hanya 11,3 km yang menghubungkan tiga stasiun, Krueng Geukeuh - Bungkaih dan Krueng Mane. Tiga stasiun ini belum memberikan nilai bagi masyarakat sebagai sarana bertransportasi, karena belum dapat memenuhi tuntutan umum bertransportasi untuk menghubungkan satu kota dengan kota lainnya di Propinsi Aceh.
Selain itu, lintas ini berada di lokasi padat penduduk sehingga banyak sekali perlintasan liar yang sebidang, terutama perlintasan yang menjadi jalan akses warga. Data dari crew JJ menyebutkan ada kurang lebih 250 perlintasan di sepanjang jalur KA dan hanya 5 yang dijaga. Selain perlintasan liar di lintas ini pun banyak hewan ternak yang berkeliaran sehingga terkadang KA pun harus berhenti agar tidak menabrak kawanan hewan tersebut. Di lintas ini pun belum terpasang prasarana persinyalan dan telekomunikasi untuk operasional KA. Oleh karena itu, kecepatan operasional KA pun dibatasi hanya 30 km/jam sehingga menjadikan waktu tempuh sekitar 30 Menit
Sarana perkeretaapian di Provinsi Aceh memang sangat
sedikit jumlahnya, hanya sebuah rangkaian Kereta Rel Diesel – Indonesia
(KRDI) dan kereta penolong buatan PT Industri Kereta Api (INKA).
Lokomotif C 301 semasa masih berdinas. |
Saat era PNKA (Perusahaan Negara Kereta Api), Aceh
memiliki sekitar 8 unit lokomotif diesel C 301 dengan lebar rel 750 mm atau
biasa di sebut narrow-gauge. Setelah lokomotif uap di nilai mulai ketinggalan
zaman pada tahun 1960an awal, PNKA waktu itu berinisiatif untuk mendatangkan
lok diesel ke jalur rel aceh sebagai moderenisasi armada lokomotif. Berhubung
lebar rel yang sempit dan berbeda standar ukuranya dengan rel di Indonesia pada
umumnya. PNKA memesan lokomotif Diesel Khusus kepada NCM Holland untuk
moderenisasi tersebut. Lokomotif ini menggunakan mesin diesel GM 8V 71 NGO
dengan daya mesin 260 Hp dan untuk transmisinya menggunakan Sistem Hidrolik
Nigata DBG-115.
Lok C 310 di Pabriknya, NCM Holland, Belanda |
Untuk urusan bobot, lokomotif ini tergolong ringan
dengan berat kosong 13,85 Ton, sedangkan berat siap 14,42 Ton. Sistem penggerak
rodanya menggunakan batang Rod seperti pada model lokomotif
C300/D300/D301.
Dari seluruh unit lokomotif C301 yang pernah di datangkan ke aceh dari NCM Holland – Belanda, saat ini tidak tersisa satupun, semua habis di Scrap menjadi besi tua.
KRDI Aceh
Rangkaian KRDI ini dinamakan KA Cut Meutia yang
melayani perjalanan dari stasiun Krueng Mane-Krueng Bungkaih-Krueng Geukueh.
Rangkaian ini buatan PT INKA, seangkatan dengan rangkaian KRDI Banyubiru
dan KRDI Kaligung yang pernah berdinas di Daerah Operasi (Daop) 4
Semarang. Bedanya hanyalah pada lebar sepur (gauge) yang digunakan dan
jumlah kereta pada rangkaian, dimana rangkaian KRDI Aceh menggunakan
lebar sepur standar internasional, 1435 mm dan hanya memiliki formasi 2 kereta
(KRDI-3 08209 & KRDI-3 08210) sedangkan rangkaian KRDI lainnya memiliki
lebar sepur sempit, 1067 mm dan berformasi 4 kereta.Setiap gerbong punya
empat pintu, termasuk ruang masinis. Pada tiap-tiap gerbong tertulis “KRDI-3
08209” dan “KRDI-3 08210”. Di dinding bagian dalam ada tulisan “Kelas-3, 64
Penumpang”.
Rangkaian KRDI Aceh seharga 19,5 milyar ini tiba melalui pelabuhan Krueng Geukueh pada Desember 2008 silam. Meski dibuat oleh PT Industri Kereta Api (INKA) di Madiun, Jawa Timur, mesin diesel dan remnya dipesan khusus dari Jerman, Prancis, dan Singapura. Berkapasitas 64 kursi dan memuat 200 penumpang berdiri, kereta itu jenis KRDI, Kereta Rel Diesel Indonesia. Dari namanya dapat ditebak, kereta itu digerakkan mesin diesel. Kereta jenis ini biasanya melayani rute jarak pendek, sekitar 20 hingga 30 kilometer dengan kecepatan maksimum 120 kilometer per jam.
Kereta api ini pertama kali diujicobakan tanggal 1 Desember 2013. Selama sebulan masyarakat diberi kesempatan naik secara gratis. Kemudian kereta ini berhenti beroperasi pada bulan Juli 2014 karena okupansinya sepi penumpang. Rangkaianya saat itu diistirahat di depo Bungkaih. Prasarana perkeretaapian pada lintas ini memiliki lebar sepur (gauge) 1.435 mm berbeda dengan prasarana perkeretaapian yang ada di Pulau Jawa yang menggunakan lebar sepur (gauge) 1.067 mm. Dalam sekali perjalanannya KA tersebut mampu mengangkut 192 penumpang dengan waktu tempuh 32 menit.
Pada tanggal 3 November 2016, KA Perintis Aceh resmi
beroperasi kembali untuk melayani masyarakat dengan rute Krueng Mane - Krueng
Geukueh dengan nama KA Cut Meutia.Nama KA Cut Meutia diambil dari nama
seorang tokoh pahlawan dalam sejarah daerah Aceh, yaitu Cut Nyak Meutia
merupakan tokoh pahlawan nasional Indonesia dari daerah Aceh.
PT Kereta Api Indonesia (KAI) kembali mengoperasikan
Kereta Api Cut Meutia (pengganti nama KA Perintis Aceh). Kereta api Cut
Meutia tersebut akan menempuh rute Krueng Mane–Bungkah–Krueng Geukueh, dengan
jarak 11,3 + 2 = 11,5 kilo meter. Peresmian pengoperasian kembali KA Cut Meutia
dilaksanakan di Stasiun Cut Meutia, Krueng Mane. pengoperasian KRDI merupakan
tonggak sejarah baru, soalnya sejak 1974 kereta api di aceh terhenti.
KA Cut Meutia dalam sekali perjalanannya mampu mengangkut 192 penumpang dengan waktu tempuh 32 menit. Masyarakat yang ingin menggunakan layanan jasa angkutan KA Cut Meutia dapat membeli tiket di stasiun seharga seribu rupiah.
KRDI Perintis Aceh dengan jenis KRDI akan beroperasi
10 kali perjalanan sehari dari Stasiun Bungkaih, 8 kali perjalanan dari Stasiun
Krueng Mane dan 8 kali perjalanan sehari dari Stasiun Krueng Geukueh.
Masyarakat yang ingin menggunakan layanan jasa angkutan KA Cut Meutia dapat
membeli tiket di stasiun seharga Rp 1.000,-. Besaran tarif tersebut diharapkan
bisa dijangkau dan menarik minat masyarakat menggunakan transportasi kereta api
Pada awal beroperasi, tiket gratis. Selama Kembali Beroperasi KA Cut Meutia. Namun, tarifnya turun saat ini sebesar Rp1.000 dan tidak disubsidi pemerintah.
Jadwal KRDI Aceh sesuai GAPEKA 2017. Sumber DR1RF |
Jalur di wilayah Sub. Divre 1 Aceh semenjak awal
dioperasikan kembali, banyak anak – anak dari sekolah TK dan SD yang berwisata
menggunakan moda transportasi KA ini, manfaatnya selain berwisata
juga mengenalkan, mengedukasi serta menumbuhkan kecintaan terhadap Kereta
Api. Selama perjalanan anak – anak diedukasi tentang Kereta Api dan tentang
bagaimana cara mengoperasikan kereta api. Anak – anak ini pun diimbau untuk
tidak bermain di sekitar lintasan KA karena merupakan hal yang sangat
berbahaya.
Selain anak – anak TK dan SD banyak pula warga yang
jauh – jauh datang dari wilayah lain seperti Bireun, Lhokseumawe bahkan
Sigli untuk mencoba naik KA yang tiketnya hanya seharga 1000 rupiah ini,
selain mengobati penasaran mungkin bagi warga yang lainnya juga ingin
bernostalgia naik KA seperti pada saat era Atjeh Tram bergauge 750 mm
beroperasi di Provinsi Aceh. Sekedar informasi, di akhir pekan dan hari libur
KA ini benar – benar menjadi “KA Wisata” karena pada hari libur okupansi
penumpangnya sangat ramai sampai tiket yang dijual pun habis tak tersisa!.
Semoga KRDI ini tidak bernasib sama dengan Gerbong Penolong 1435 mm yang dikirim ke Sulawesi.
Stasiun Krueng Mane
Stasiun Krueng Mane. Foto: Koleksi DR1RF |
Stasiun Krueng Mane (KEM+16m) merupakan stasiun awal (Kilometer
0+000) di lintas ini dan juga titik awal pembangunan jalur KA menuju
Bireun. Stasiun yang berada di Kecamatan Muara Batu di Kabupaten Aceh
Utara ini juga hanya berjarak kurang lebih 100 m dari bibir pantai yang
menghadap langsung ke Selat Malaka dengan ketinggian 16 meter dari permukaan
laut.
KRDI Aceh di Stasiun Krueng Mane. Foto: Suro Railfans |
Stasiun ini berada di Cot Seurani, Kecamatan Muara
Batu Kabupaten Aceh Utara. Stasiun ini dibangun pada tahun 2013 untuk tahap
reaktifikasi jalur kereta api di Sub Divre 1 Aceh yang telah dinonaktifkan
sejak tahun 1970-an.
Stasiun
Bungkaih
Stasiun Bungkaih. Foto: Koleksi DR1RF |
Stasiun Bungkaih (BKH+7m) adalah stasiun dengan ketinggian 7
m diatas permukaan laut ini berada di Desa Bungkaih, Kecamatan Dewantara,
Kabupaten Aceh Utara. Stasiun ini merupakan stasiun yang berada ditengah-tengah
antara Krueng Mane dan Krueng Geukuh. Stasiun ini memiliki dua jalur kereta
dengan lebar rel 1435 mm. Tidak jauh dari stasiun ini terdapat sebuah Dipo
tempat pemeliharaan sarana KRD yang beroperasi di lintas ini.
Dipo KRDI
Bungkaih
Dipo
Bungkaih menjadi lokasi tempat penyimpanan dan perawatan KRDI Aceh. Lokasi dipo
ini berada tak jauh dari Stasiun Bungkaih.
Stasiun
Krueng Geukuh (KEG+9M)
Stasiun terakhir di lintas ini, berada di Kota Krueng
Geukeh dan bersebelahan dengan Pelabuhan Kreung Geukeh, Aceh Utara dengan
ketinggian 9 meter diatas permukaan laut. Di Stasiun ini pula terdapat Gerbong
Penolong yang baru tiba di Aceh pada bulan Februari 2015 lalu.
Bangunan eks Stasiun Krueng Geukeuh era Aceh Tram. Foto: Koleksi DR1RF |
Gerbong Penolong NR 1435 mm
Gerbong Penolong ini merupakan sebuah gerbong tanpa
kursi yang di gunakan untuk bantuan evakuasi ketika Kereta Api Anjlok,
Kecelakaan (PLH), Rel retak/putus, atau hal-hal yang bersangkutan dengan proses
perjalanan kereta Api di lapangan adalah tugas si gerbong penolong ini.
Gerbong ini buatan PT INKA senilai 4,3 Milyar yang menggunakan lebar spur 1435
mm sehingga menjadi satu-satunya di Indonesia. Gerbong Penolong ini menggunakan
peralatan abar tangan sehingga kode gerbongnya NR.
Rombongan PT KAI Divre 1 Sumatera Utara saat meninjau kelayakan gerbong penolong NR Aceh. Foto:Pelita8/R.Mirza |
NR 1435mm terparkir di Bungkaih. Foto: Koleksi DR1RF |
Track Motor Car dengan lebar 1435 mm yang ada di jaringan KA Sulawesi. Foto: M Abdiwan |
Seiring dengan berjalannya waktu, Ditjen
Perkeretaapian Kementerian Perhubungan kemudian memindahkan gerbong kereta
penolong dari Lhokseumawe, Aceh, ke Sulawesi Selatan. Gerbong yang terparkir di
Aceh sejak akhir 2014 ini dipindahkan karena tidak dapat dioperasikan lantaran
tidak memiliki tenaga penggerak (engine). Alat penggerak gerbong yang
dimaksud adalah Track Motor Car (TMC). Untuk sementara, TMC dengan jalur
1435 saat ini hanya ada di Sulawesi Selatan.
Mengingat Pertengahan Oktober ada soft launching
kereta api Trans Sulawesi dengan lebar rel 1433 mm. Gerbong yang cocok untuk
bantalan rel kereta api yang dibangun di daerah ini hanya ada di Aceh sehingga
harus dilakukan pemindahan.
Dikutip dari Berbagai Sumber