Kamis, 14 September 2017

JALUR KA KOMUTER PERKOTAAN PADANG





Mengingat Sumatera Barat yang semakin berkembang berimbas meningkatnya mobilitas warga, baik warga kota maupun wilayah-wilayah penyanggah yang mondar-mandir untuk bekerja atau sekedar tamasya maupun berbelanja menjadi problem baru bagi tata kota di pusat perekonomian Sumbar. Kemacetan terjadi dimana-mana terutama di Kota Padang sebagai ibukota provinsi. Waktu tempuh yang melambat akibat macet menjadi keluhan masyarakat disana.

Beberapa faktor yang menyebabkan kemacetan tersebut antara lain peningkatan jumlah dan kapasitas kendaraan, tidak disiplinnya pengendara, parkir yang tidak beraturan, serta tidak bertambahnya ruas jalan. 



Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan pengoptimalan angkutan massal yang representatif. Solusi angkutan massal ini sebetulnya telah terjawab dengan adanya Kereta Komuter Padang, akan tetapi masih belum cukupnya jumlah armada sarana dan prasarana serta masih terbatasnya rute menjadikan peranannya masih jauh dari harapan masyarakat.



Foto lama KA penumpang saat melintasi PJL Bandara Tabing. Foto: Koleksi KPKD 2 SB
Stasiun Pulau Air Padang saat masih dilayani kereta penumpang. Sumber: Twitter @MinangOfficial


Dahulu, kereta api di Sumatera Barat telah menghubungkan sebagian besar kota seperti Padang, Pariaman, Parit Malintang, Padang Panjang, Bukit Tinggi, Payakumbuh, Solok, Sawahlunto dan Sijunjung. Namun seiring waktu, moda transportasi rel kalah saing dengan transportasi jalan raya yang lebih efisien dan cepat. Tapi saat ini, beban jalan raya sudah tidak mampu melayani tingginya volume kendaraan yang melintas. 


Kereta api melintas di petak Lubuk Alung. Foto: Koleksi KPKD2


Transportasi berbasis rel harus dikembangkan kembali untuk mengakomodir kebutuhan para penglaju di Sumatera Barat. Salah satunya ialah mengaktifkan layanan kereta komuter yang menghubungkan Kota Padang dengan wilayah sekitarnya dan akses ke bandara serta pelabuhan. Pengoperasian KA perintis juga dapat mengakomodir kebutuhan masyarakat Padang dan sekitarnya akan moda transportasi massal yang nyaman, aman, dan bebas macet Apalagi jika keindahan alam Sumatera Barat dapat dilalui jalur kereta api, tentu akan menjadi nilai wisata tersendiri.
Percabangan Jalur Eksisting dengan Jalur KA Bandara di Stasiun Duku. Foto: Artalent Art

Saat ini, Divisi regional 2 Sumatera Barat sudah memiliki dua layanan kereta komuter yang menghubungkan Padang dengan wilayah penyanggah, seperti Kota Pariaman dan Parit Malintang hingga Kayu Tanam.

Lintas Padang - Pariaman 



Kereta komuter melintasi rel yang bersisian dengan jalan raya Padang-Bukit Tinggi. Foto: Maulana Nur Achsani

Dua rangkaian KA Sibinuang stabling di Stasiun Padang. Foto: Maulana Nur Achsani


Banyak angkutan umum yang bisa digunakan untuk tujuan Padang – Pariaman ataupun sebaliknya. Namun ada transportasi alternatif yang lebih murah dan nyaman yang menghubungkan Pariaman dan Kota Padang, yaitu KA Komuter Ekonomi AC Sibinuang (KA B1-B8) dan KA Wisata Dang Tuangku khusus hari Sabtu dan Minggu. rangkaian ini ditarik oleh lokomotif BB 303 dan BB 306. Penamaan kereta seperti Sibinuang yang merupakan nama seekor kerbau sakti dan Dang Tuangku adalah raja Minangkabau yang seluruhnya diambil dari cerita rakyat Minang.

Gerbang masuk Pantai Gandoriah dekat Stasiun Pariaman. Foto: Antara Sumbar

Jalur kereta api dari Lubuk Alung ke Pariaman selesai dibangun pada tahun 1908, kemudian dilanjutkan jalur Pariaman – Naras selesai pada bulan Januari 1911 dan terakhir jalur Naras – Sungai Limau pada tahun 1917.
Lok uap (steam locomotive) bersama rangkaian campuran melintas langsung di Lintas Lubuk Alung - Pariaman. Sumber: IRPS

Semenjak diaktifkan kembali, sekarang kereta api jalur Padang – Padang Pariaman yang menghubungkan dua kota sejauh 54 km menjadi idola masyarakat. Terbukti dengan makin ramainya pengguna jasa transportasi ini mulai dari kalangan mahasiswa, PNS, karyawan maupun masyarakat umum di kedua kota. Apalagi ditunjang dengan pengelolaan kereta api yang membaik, gerbong yang makin nyaman, toilet yang bersih serta berbagai pembenahan di semua stasiun. 

Bahkan untuk mempermudah akses penumpang dan besarnya animo warga menggunakan jasa angkutan kereta api, manajemen PT KAI Divre 2 Sumbar, menambah titik pemberangkatan (shelter) penumpang sebanyak tiga unit lagi di Kota Padang,yaitu di Pasar Alai (belakang Koperasi Minang Alam Sentosa Swamitra USP), Air Tawar (pintu masuk parkir Basko Grand Mall) dan Pasar Lubukbuaya (depan pasar). Sementara, Stasiun Padang dan Tabing, masih seperti sebelumnya.

KA Sibinuang di Stasiun Padang. Foto:Artalente Art
Penumpang sedang menunggu KA Sibinuang di peron Halte Air Tawar. Foto:Syridwan

KA Sibinuang masuk Halte Air Tawar. Foto: Koleksi KPKD2SB
KA Sibinuang melintasi PJL Lubuk Buaya. Foto: Maulana Nur Achsani


Sementara, di luar Kota Padang, tak ada penambahan shelter. Masih stasiun lama yaitu Stasiun Duku, Lubukalung, Pauh Kambar, Kurai Taji dan Kota Pariaman. Karena jadwal keberangkatan bertambah, persilangan kereta ini nantinya akan terjadi di Stasiun Duku.

Selain makin nyaman, untuk jalur Padang – Pariaman, transportasi kereta api jauh lebih irit daripada moda angkutan lainnya. Dengan Bus misalnya, untuk sekali jalan tarifnya sebesar Rp. 10.000, atau dengan Travel Minibus sebesar Rp 15.000. Bandingkan dengan kereta api yang hanya Rp. 4.000 saja. Harga tiket yang murah ini sangat membantu bagi mahasiswa, karena cukup menghemat pengeluaran. Terutama bagi mahasiswa yang berasal dari wilayah Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman.

Dari Stasiun Padang yang terletak di Jln. Stasiun 7 Simpang Haru Kota Padang, jadwal keberangkatan kereta mulai pukul 06.00 WIB, 09.10 WIB, 14.00 WIB dan 16.40 WIB. Sedangkan keberangkatan dari stasiun Kota Pariaman yang berada Jl. Tugu Perjuangan 45 Pasir Pariaman, mulai pukul 05.45 WIB, 08.50 WIB, 14.15 WIB dan 16.20 WIB. Lama perjalanan dari Padang menuju Kota Pariaman ini sekitar 1 jam 15 menit. Khusus untuk tiga shelter di Kota Padang, kereta tidak berhenti lama, sekitar 2-3 menit saja. Jarak tempuh antar shelter dari Stasiun Simpang Haru, Shelter Pasar Alai, Shelter Air Tawar serta Stasiun Tabing dan Shelter Lubukbuaya, sekitar 2-3 menit pula.

Tidak hanya untuk mahasiswa, bepergian wisata ke Pariaman tentu menjadi lebih murah, mudah dan nyaman bagi para wisatawan, dan tentunya akan berefek pada meningkatnya  kunjungan wisata ke Pariaman.
   
Lintas Lubuk Alung - Kayu Tanam 

Railbus Lembah Anai
Stasiun Kayu Tanam




Sejak 1 November 2016, jalur ini kembali dilintasi kereta perintis milik Kemenhub yang sebelumnya sempat nonaktif karena sarana dan prasarana yang rusak akibat gempa. Jalur kereta Lubuk Alung - Kayutanam menghubungkan tiga stasiun, Lubuk Alung, Sicincin dan Kayutanam. dahulu, jalur ini terdapat Stasiun Parit Malintang yang kini non aktif. 


Stasiun Parit Malintang era Westkust Sumatra Staats Spoorwegen (WSS)
KA perintis yang lalu lalang di lintas ini adalah KA Lembah Anai yang diambil dari salah satu lembah yang legendaris dan indah di mana jalur kereta api bergerigi Padang Panjang-Sawahlunto membentang. Dalam sekali perjalanannya KA ini mampu mengangkut 160 penumpang (78 orang dengan tempat duduk dan 82 orang tanpa tempat duduk) dengan waktu tempuh 38 menit untuk jarak tempuh 20 km.

Ruang Masinis Railbus Lembah Anai. Foto: Anggi AL


Rangkaian yang digunakan untuk KA Perintis Lembah Anai ini adalah satu set Railbus yang terdiri atas 3 kereta dengan nomor seri K3 2 11 01, K3 2 11 02, dan K3 2 11 03 yang biasa dipanggil dengan sebutan "Mak Buih" oleh para penggemar kereta api di Divre 2. Railbus ini sebelumnya direncanakan akan dioperasikan untuk melayani rute Padang – BIM. Namun, karena keputusan baru Menhub maka Railbus tersebut digunakan sebagai KA untuk rute Lubuk Alung – Kayu Tanam.


Railbus Lembah Anai. Foto: Anggi AL


Beroperasinya Kereta Api Lembah Anai sebelumnya sudah melalui serangkaian uji operasional kelaikan jalan pada lintas Lubukalung-Kayutanam oleh PT KAI Divre II Sumbar. Tercatat sebelum beroperasi dilakukan dua kali uji coba yaitu pada Bulan Juli dan Agustus 2016. Meskipun dinamakan Kereta Api Lembah Anai, namun secara rute kereta api ini hanya melayani rute dari Lubuk Alung ke Kayu Tanam. Sedangkan untuk ke Lembah Anai belum beroperasi karena jalur tesebut membutuhkan lokomotif bergigi yang sampai saat ini belum tersedia.
 
Dilansir dari rilis Instagram Komunitas Pecinta Kereta Api Divre 2 Sumatera Barat (KPKD2SB), ada total 4 pemberangkatan KA Lembah Anai yang berhenti di setiap stasiun, Kayutanam, Sicincin dan Lubuk Alung, 2 kali dari Lubuk Alung (pukul 07.05 WIB dan 15.15 WIB), dan 2 kali dari Kayutanam (5.50 WIB dan 13.50 WIB)). Harga tiket kereta perintis ini dipatok Rp 3000 untuk sekali jalan, baik dari Lubuk Alung maupun Kayutanam.

Dilansir dari rilis Instagram Komunitas Pecinta Kereta Api Divre 2 Sumatera Barat (KPKD2SB), ada total 4 pemberangkatan KA Lembah Anai yang berhenti di setiap stasiun, Kayutanam, Sicincin dan Lubuk Alung, 2 kali dari Lubuk Alung (pukul 07.05 WIB dan 15.15 WIB), dan 2 kali dari Kayutanam (5.50 WIB dan 13.50 WIB)). Harga tiket kereta perintis ini dipatok Rp 3000 untuk sekali jalan, baik dari Lubuk Alung maupun Kayutanam.
Railbus Lembah Anai melintasi persawahan




#sejarahkeretasumbar #komuterpadang #KASibinuang #Railbus #KALembahAnai #Divre2 #KAI #keretaapiindonesia #Sumaterarailways #WestSumateraRailway

Tidak ada komentar:

Posting Komentar