Jalur percabangan di Medan. Foto: KITLV
Sebenarnya Medan memiliki jalur kereta yang menghubungkan wilayah selatannya. Jalur ini dibuat pada masa kolonial Belanda dan ditutup saat jalur ini dianggap kalah bersaing dengan moda transportasi lainnya.
Deli Tua sudah menjadi kota sejak dahulu karena disini pernah berdiri Kerajaan Haru, cikal bakal Kesultanan Deli, Serdang dan Langkat.
Deli Tua sudah menjadi kota sejak dahulu karena disini pernah berdiri Kerajaan Haru, cikal bakal Kesultanan Deli, Serdang dan Langkat.
Deli Spoorweg Maatschappij ( DSM) membangun jalur KA line Deli : Belawan – Medan – Deli Tua. Jalur kereta ini membentang dari Stasiun Medan ke selatan hingga kemudian bercabang di Kampung Baru menuju Kecamatan Deli Tua dan Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang.
Peta Jalur Kereta Medan-Deli Tua. Foto: US Army Map |
Pembangunan jaringan Kereta Api
di tanah Deli merupakan inisiatif J. T. Cremer yakni manajer perusahaan Deli
(Deli Matschappij) yang menganjurkan agar jaringan Kereta Api di Deli sesegera
mungkin dapat dibangun dan direalisasikan mengingat pesatnya perkembangan
perusahaan perkebunan Deli.
Beliau juga telah menganjurkan pembukaan jalan yang
menghubungkan antara Medan-Berastagi dengan fasilitas hotel seperti hotel grand
Berastagi dan Bukit Kubu sekarang sebagai tempat peristirahatan pengusaha
perkebunan. Pembangunan jaringan Kereta Api ini dimungkinkan oleh pemberlakuan
UU Agraria Tahun 1870 dimana penguasa kolonial Belanda dimungkinkan untuk
menyewa tanah dalam waktu relatif lama yang tidak saja diprioritaskan bagi
sektor perkebunan.
Disamping itu, berkembangnya Belawan sebagai bandar kapal
ekspor hasil perkebunan ke Eropa telah pula mendorong laju percepatan
pembangunan jaringan Kereta Api yang menghubungkan daerah-daerah perkebunan di
Sumatra Timur. Kecuali itu, jalur transportasi sungai dinilai cukup lambat
dalam proses angkutan hasil produksi perkebunan menuju Belawan.
Dahulu, jalur ini memiliki 6
Stasiun di jalur Medan-Deli Tua dan 9 stasiun di jalur Medan-Pancur Batu. Jalur
ini berpisah di Stasiun Kampung Baru.
Pemandangan dari atas Menara Air Tirtanadi, terlihat ada percabangan kereta, ke kiri menuju Lubuk Pakam dan lurus menuju Deli Tua dan Arnhemia. |
Jalur ini dibangun Deli Spoorweg Maatschappij ( DSM) bersamaan dengan jalur lainnya sebagai penghubung Kota Medan berdasarkan SK No.17 Tanggal 23 januari 1883 dan diresmikan pada 4 September 1887 oleh Res. Kroesen.
Kereta saat melintas diantara Istana Maimun dan Masjid Raya Medan. Foto:KITLV |
Saat era DSM, jalur sepanjang 15 km ini memiliki 6 stasiun, yaitu Stasiun Medan Pusat, Soengeimati, Kampongbaroe, Kedeidoerian, Delitoewa dan berakhir di Batoe, Sibiru-Biru.
Kereta rel bermesin bensin (benzine motor - spoorrijtuigen) Renault-Beynes buatan pabrikan La Société Anonyme des Usines Renault, Paris, Perancis yang didatangkan DSM tahun 1925, 6 tahun sebelum Sentinel-Cammel, yang digadang sebagai pionir pesaing otobus. Untuk bersaing, DSM memulainya dengan membeli kereta bermesin tipe kecil dengan tujuan kelincahan dalam pengangkutan. Bukan mengejar kuantitas besar penumpang dalam sekali angkut melainkan kuantitas kecil dalam frekwensi tinggi pada pergerakan di lintas lokal. DSM memilih tipe kecil dengan kursi sejumlah 40 buah yang terbagi untuk kelas 1 dan kelas 2. Saat itu kereta ini digunakan DSM pada lintas lokal yakni Belawan - Medan - Delitoewa, Kwala - Timbang Langkat - Arnhemia, dan Bangoen Poerba - Loeboeq Pakam.
Kereta bermesin bensin ini mendatangkan keuntungan untuk digunakan pada lintas lokal karena tidak memerlukan lokomotif penarik, pengisian bahan bakarnya sangat mudah dan dilakukan hanya sekali dalam sehari, mesinnya sangat cepat untuk disiapkan, tidak memerlukan air, tidak perlu dilangsir karena kereta ini dapat digunakan maju atau mundur, dan yang terpenting harganya lebih murah dari kereta penumpang yang ditarik lokomotif. Chassis dan mesin kereta ini dibuat dan dirakit di pabrikan Renault, Paris, sedangkan untuk bodyworknya dilaksanakan oleh pabrikan kereta Beynes di Haarlem Belanda. Kecepatan maksimum kereta ini 40km/jam, sesuai dengan aturan DSM untuk lintas lokal kala itu. Hingga tahun 1942 tercatat masih ada 10 unit kereta mesin bensin Renault - Beynes yang dimiliki DSM, namun semua dalam kondisi rusak.
Pada tahun 1982, perkeretaapian di Sumatera Utara menjadi agak lebih berwarna dengan kehadiran 2 set Diesel Multiple Unit/Kereta Rel Diesel (DMU/KRD) bertipe MCW 302 buatan Nippon-Sharyo, Jepang, untuk melayani lintasan lokal Medan - Delitua. Namun sayang, usia operasi KRD ini hanya berlangsung selama 6 tahun dengan penghentian layanannya secara resmi pada tahun 1988 karena keterbatasan suku cadang yang harus didatangkan dari Jepang.
Kereta rel bermesin bensin (benzine motor - spoorrijtuigen) Renault-Beynes buatan pabrikan La Société Anonyme des Usines Renault, Paris, Perancis yang didatangkan DSM tahun 1925, 6 tahun sebelum Sentinel-Cammel, yang digadang sebagai pionir pesaing otobus. Untuk bersaing, DSM memulainya dengan membeli kereta bermesin tipe kecil dengan tujuan kelincahan dalam pengangkutan. Bukan mengejar kuantitas besar penumpang dalam sekali angkut melainkan kuantitas kecil dalam frekwensi tinggi pada pergerakan di lintas lokal. DSM memilih tipe kecil dengan kursi sejumlah 40 buah yang terbagi untuk kelas 1 dan kelas 2. Saat itu kereta ini digunakan DSM pada lintas lokal yakni Belawan - Medan - Delitoewa, Kwala - Timbang Langkat - Arnhemia, dan Bangoen Poerba - Loeboeq Pakam.
Kereta bermesin bensin ini mendatangkan keuntungan untuk digunakan pada lintas lokal karena tidak memerlukan lokomotif penarik, pengisian bahan bakarnya sangat mudah dan dilakukan hanya sekali dalam sehari, mesinnya sangat cepat untuk disiapkan, tidak memerlukan air, tidak perlu dilangsir karena kereta ini dapat digunakan maju atau mundur, dan yang terpenting harganya lebih murah dari kereta penumpang yang ditarik lokomotif. Chassis dan mesin kereta ini dibuat dan dirakit di pabrikan Renault, Paris, sedangkan untuk bodyworknya dilaksanakan oleh pabrikan kereta Beynes di Haarlem Belanda. Kecepatan maksimum kereta ini 40km/jam, sesuai dengan aturan DSM untuk lintas lokal kala itu. Hingga tahun 1942 tercatat masih ada 10 unit kereta mesin bensin Renault - Beynes yang dimiliki DSM, namun semua dalam kondisi rusak.
Pada tahun 1982, perkeretaapian di Sumatera Utara menjadi agak lebih berwarna dengan kehadiran 2 set Diesel Multiple Unit/Kereta Rel Diesel (DMU/KRD) bertipe MCW 302 buatan Nippon-Sharyo, Jepang, untuk melayani lintasan lokal Medan - Delitua. Namun sayang, usia operasi KRD ini hanya berlangsung selama 6 tahun dengan penghentian layanannya secara resmi pada tahun 1988 karena keterbatasan suku cadang yang harus didatangkan dari Jepang.
3D model KRD MCW 302 Sumut skala 1:76 hasil karya creator 3d model Foto: @depo_gorongan |
Daftar Stasiun
Stasiun Batu
Stasiun Batoe/Batu (BU) berada pada lintasan km 14+283. Tahun 1915, jalur Medan-Deli Tua diperpanjang sejauh 3 km menuju Batoe. Perpanjangan jalur ini dilakukan karena daerah Batoe merupakan tempat dimana banyak tersedia batu-batu kali, yang bila dipecahkan menjadi gravel akan menjadi material yang bagus untuk pengerasan jalan dan tentunya untuk batu ballast rel kereta api.
Pada masa sebelum dibuat jalur langsung ke Batoe, gravel tersebut dibawa terlebih dahulu ke Stasiun Delitua sebelum diangkut menggunakan kereta api. DSM mengangkut dan menggunakan gravel dari Batoe tersebut bahkan hingga ke pembangunan Langkatlijn, yakni jalur kereta Pangkalanbrandan, Besitang hingga Pangkalansusu. Dan karena gravel juga digunakan untuk pengerasan jalan, maka DSM juga membuka jasa pengangkutan gravel ini untuk perusahaan lain. Pada masa itu, selain mengambil gravel dari Batoe, gravel juga diambil dari daerah Arnhemia.
Stasiun Deli Tua
Emplasemen Stasiun Deli Tua |
Stasiun Deli Tua (DT) merupakan salah satu stasiun di jalur Medan-Deli Tua kilometer 12 atau tepatnya berjarak 11,249 km dari Stasiun Pusat Medan. Stasiun ini berada di Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang.
Aktifitas di Stasiun Deli Tua |
Stasiun Kedai Durian (KDI) merupakan
salah satu stasiun di eks-Jalur KA Medan – Deli Tua. Stasiun terakhir sebelum
Stasiun tujuan Deli Tua.
Stasiun Kedai Durian berada di km 9 (km 8+259) jalur Medan-Deli Tua atau tepatnya di Jalan Stasiun Kedai Durian, Desa Kedai Durian, Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
Bekas Bangunan Stasiun Kedai Durian. Foto: Ramdhay |
Stasiun ini terletak persis di sekitar garis perbatasan Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang. Kini, jalur kereta sudah dipadati rumah penduduk di sekitar sini amat sangat padat baik sekitar Kedai Durian dan Marindal.
Sisa Emplasemen Stasiun Kedai Durian, Terlihat jalan menanjak yang merupakan sisa rel |
Stasiun Kampung Baru
Bangunan ex stasiun Kampung Baru. Foto: Minkadel |
Stasiun Sultan van Deli
Stasiun Sultan Van Deli (SVD) ini berada tepat didepan Istana Maimun milik Kesultanan Melayu Deli (km 1+828).
Halte Soengeimati
Halte Y. Tukangbesi
Halte Y.Tukangbesi (YTB) berada di km 1+118.
Bersambung...
Stasiun Sultan Van Deli (SVD) ini berada tepat didepan Istana Maimun milik Kesultanan Melayu Deli (km 1+828).
Halte Sultan van Deli dekat Istana Maimun |
Halte Y. Tukangbesi
Halte Y.Tukangbesi (YTB) berada di km 1+118.
Bersambung...
wah kenapa jalur kereta api menuju deli tua tidak di aktifkan lagi ,kan sayang masih banyak warga yang ingin berwisata ke sana dengan transportasi kereta api
BalasHapusJalur KA Medan-Delitua bisa diaktifkan untuk wisata kota.
BalasHapus