Kamis, 30 April 2020

Jalur kereta api Lubuk Alung–Naras–Sungai Limau

Jalur kereta api Lubuk Alung–Naras–Sungai Limau adalah jalur kereta api yang menghubungkan Stasiun Lubuk Alung dan Stasiun Naras; termasuk dalam Divisi Regional II Sumatra Barat. Secara administratif, jalur ini berada di wilayah Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman, Sumatra Barat.

Jalur ini merupakan salah satu jalur kereta api yang masih aktif sampai saat ini, kecuali untuk segmen Naras–Sungai Limau.
Peta jalur kereta Pariaman-Padang

Lok uap (steam locomotive) bersama rangkaian campuran melintas langsung di Lintas Lubuk Alung - Pariaman. Sumber: IRPS
Jalur ini merupakan paket kedua pembangunan jalur kereta api milik Staatsspoorwegen ter Sumatra's Westkust. Dengan suksesnya jalur Padang–Sawahlunto dan Padangpanjang–Payakumbuh, maka SSS mulai mencoba merambah daerah lainnya di Sumatra Barat. Untuk menghubungkan Kota Padang dengan Kota Pariaman, dibuatlah sebuah jalur kereta api. Jalurnya dimulai dari Lubuk Alung dan berakhir di Pariaman. Jalurnya selesai pada tanggal 9 Desember 1908 dan dilanjutkan menuju Naras dan Sungai Limau pada tanggal 1 Januari 1911. Segmen Naras-Sungai Limau ditutup saat zaman penjajahan Belanda dikarenakan ambruknya jembatan di lintas tersebut dan jalur tersebut sudah dibongkar. Meskipun sudah dibongkar, stasiun kereta apinya sebagian masih utuh dan lahannya masih dikuasai oleh PT KAI.

Stasiun Naras beserta jalur yang menuju stasiun tersebut sudah selesai reaktivasi beserta stasiunnya, dengan bangunan yang lebih baru dan modern serta menonjolkan ciri khas Minangkabau, yaitu rumah gadang. Awalnya direncanakan hanya untuk angkutan CPO namun kereta api Sibinuang  diperpanjang menuju stasiun tersebut. Sejak tanggal 22 Maret 2019, stasiun tersebut, bersama jalur segmen Pariaman–Naras resmi dibuka kembali.

Jalur Rel Segmen Lubuk Alung - Pariaman

Panjang segmen 21 km yang meliputi 4 stasiun aktif dan 5 stasiun non aktif. Jalur ini diresmikan pada tanggal 9 Desember 1908 oleh Staatsspoorwegen ter Sumatra's Westkust. Saat ini jalur kereta Lubuk Alung - Pariaman masih menggunakan rel R33 dengan kecepatan operasi 25-60 km/jam.

Stasiun Lubuk Alung

Stasiun Lubuk Alung (LA) merupakan stasiun kereta api kelas II yang terletak di Lubuk Alung, Lubuk Alung, Padang Pariaman. Stasiun yang terletak pada ketinggian +25 meter ini termasuk dalam Divisi Regional II Sumatra Barat.

Stasiun ini adalah stasiun percabangan menuju Padang, Pariaman, dan Sawahlunto; percabangan berada sekitar 285 m di sebelah utara stasiun. Letak stasiun ini ada di belakang pasar. Stasiun ini memiliki lima jalur kereta api dengan jalur 2 merupakan sepur lurus arah Duku-Padang dan Kayu Tanam-Padangpanjang-Sawahlunto serta jalur 3 merupakan sepur lurus dari dan ke arah Pariaman-Naras, tetapi jalur 5 sudah lama dinonaktifkan.




KA Sibinuang berhenti di Stasiun Lubuk Alung

Stasiun Palembayan
Tidak banyak informasi yang didapat mengenai stasiun yang berlokasi di Kecamatan Palembayan, Kabupaten Pariaman ini. Stasiun berkode PBY berada di km 42+300.

Stasiun Sintuk
Sintuk adalah sebuah nagari yang berada di wilayah Kecamatan Sintuk Toboh Gadang, Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Minimnya informasi terhadap stasiun non aktif berkode STK sehingga bentuk dan peninggalan bangunan tidak diketahui. Stasiun Sintuk berada di km 43+689.

Stasiun Toboh Gadang
Toboh Gadang adalah sebuah nagari yang berada di wilayah Kecamatan Sintuk Tobih Gadang, Kabupaten Padang Pariaman. Minimnya informasi terhadap stasiun non aktif berkode TOG sehingga bentuk dan peninggalan bangunan tidak diketahui. Stasiun Sintuk berada di km 46+118.

Stasiun Pauh Kambar

Halte Pauh Kambar (PAK) merupakan halte kereta api yang terletak di Pauh Kambar, Kecamatan Nan Sabaris, Padang Pariaman. Halte yang terletak pada ketinggian +22 m ini termasuk dalam Divisi Regional II Sumatra Barat.



Halte ini awalnya memiliki dua jalur kereta api dengan jalur 2 merupakan sepur lurus. Namun, karena jalur 1 terlalu pendek, jalur 1 dicabut dan jalur 2 menjadi satu-satunya jalur. Halte ini tidak memiliki persinyalan. Halte ini hanya dibuka pada saat melayani kedatangan dan keberangkatan para penumpang KA lokal saja.

Hanya satu layanan kereta api yang berhenti di halte ini, yaitu KA Sibinuang.

Stasiun Sungai Laban
Stasiun Sungai Laban masih berada di Kecamatan Nan Sabaris. Minimnya informasi terhadap stasiun non aktif berkode SGN sehingga bentuk dan peninggalan bangunan tidak diketahui. Kemungkinan besar lokasi nya berdekatan dengan Pasar Sungai Laban. Stasiun Sungai Laban berada di km 51+786.

Stasiun Kurai Taji

Halte Kurai Taji (KI) merupakan halte kereta api yang terletak di Kota Pariaman tepatnya di Balai Kurai Taji, Pariaman Selatan, Pariaman. Halte yang terletak pada ketinggian +15 meter ini termasuk dalam Divisi Regional II Sumatra Barat. Halte ini berada tak jauh dari pasar tradisional Kurai Taji yang dikenal dengan Los Lambuang Balai Kurai Taji sebagai pusat kuliner.

Stasiun ini dibangun tahun 1920. Pembukaan atau pembuatan Stasiun Kurai Taji ini didasarkan kepada kebutuhan masyarakat yang terkait dengan pendistribusian kopra di Pariaman. Dengan adanya stasiun kereta api di Kurai Taji, maka Kurai Taji menjadi salah satu pengumpul kopra di Pariaman. 

Pada Zaman era SSW, stasiun ini digunakan sebagai tempat distribusi alam karena disini terdapat pusat perdagangan kopra dan terdapat pabrik minyak kelapa sekitar 150 meter dari stasiun. Kini pabrik minyak kelapa tersebut sudah tidak ada.

Stasiun ini cukup menarik karena masih menggunaan ejaan lama yaitu Kurai Tadji. Bentuk bangunannya khas kolonial dengan kombinasi kayu dan batu bata dan beratap genting. 




Stasiun ini semula hanya memiliki dua jalur kereta api dengan jalur 2 merupakan sepur lurus, tetapi jalur 1 dicabut karena terlalu pendek dan tidak memiliki persinyalan, sehingga kini hanya tinggal satu jalur. Halte ini hanya dibuka pada saat melayani kedatangan dan keberangkatan para penumpang KA lokal saja.

Hanya satu layanan kereta api yang berhenti di halte ini, yaitu Sibinuang.

Stasiun Cimparuh
Cimparuh adalah salah satu desa di Kecamatan Pariaman Tengah, Kota Pariaman, Sumatra Barat, Indonesia. Minimnya informasi terhadap stasiun non aktif berkode CIP sehingga bentuk dan peninggalan bangunan tidak diketahui. Stasiun Cimparuh berada di km 57+514.

Stasiun Pariaman

Stasiun Pariaman (PMN) merupakan stasiun kereta api kelas II yang terletak di Jalan Pangeran Diponegoro Kampung Pondok I, Pariaman Tengah, Pariaman. Stasiun yang terletak pada ketinggian +2 meter ini termasuk ke dalam Divisi Regional II Sumatra Barat. Stasiun ini terletak hanya 20 m dari bibir pantai.

Stasiun ini memiliki tiga jalur kereta api dengan jalur 1 merupakan sepur lurus. Tidak seperti stasiun-stasiun lainnya di Divre II Sumbar yang menggunakan persinyalan mekanik Siemens & Halske manual, stasiun ini sama-sama menggunakan persinyalan mekanik tetapi menggunakan sistem Alkmaar yang hanya memiliki satu sinyal lengan untuk sinyal masuk serta seluruh wesel menggunakan tuas penggerak wesel manual yang berada di dekat setiap wesel dan pengaturannya tidak terpusat. Uniknya lagi, handel persinyalan tersebut terbuat dari kayu dan dipasang sejak 1979.

Sebenarnya ke arah utara dari stasiun ini masih terdapat jalur rel yang menuju ke Naras dan berakhir di Sungai Limau, tetapi sejak tahun 1998 jalur ke Naras sempat dinonaktifkan, sedangkan yang ke Sungai Limau sendiri sudah lama dinonaktifkan sejak zaman penjajahan Belanda. Dahulu biasa digunakan untuk angkutan CPO. Jalur ini masuk dalam masterplan reaktivasi dari Kemenhub, tetapi hanya sampai Naras.

Hanya satu layanan kereta api yang berhenti di stasiun ini, yaitu Sibinuang.

Stasiun Pariaman
KA Sibinuang di Stasiun Pariaman. Foto:Maulana Nur
Segmen Pariaman - Naras - Sungai Limau

Panjang segmen jalur ini sejauh 14 km yang meliputi 2 stasiun aktif dan 2 stasiun non aktif. Jalur ini diresmikan pada tanggal 1 Januari 1911 untuk segmen Pariaman – Naras dan segmen Naras – Sungai Limau tahun 1917 dan ditutup pada tahun 1998. 

Reaktivasi jalur KA antara Pariaman-Naras yang dimulai pada tahun 2015 oleh Ditjen Perkeretaapian yang dibiayai melalui APBN sebesar Rp 51,9 Milyar. Pekerjaan reaktivasi tersebut berupa penggantian rel R25 bantalan kayu dengan R54 bantalan beton sepanjang 6,7 Km, peningkatan persinyalan, peningkatan fasilitas persinyalan, pembangunan 11 jembatan dan modernisasi Stasiun Naras. 

Peresmian Stasiun Naras dan perpanjangan lintas pelayanan kereta api antara Padang-Pariaman sepanjang 6,7 km dari total panjang Rel KA di Sumatera Barat sepanjang 304 Km dilakukan oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi pada tanggal 22 Maret 2019.

Reaktivasi jalur kereta api dari Stasiun Pariaman ke Stasiun Naras sepanjang hampir 7 kilometer merupakan yang kedua diselesaikan di Sumatera Barat dari total program reaktivasi perkeretaapian sepanjang 213 KM. Reaktivasi pertama telah diselesaikan dan dioperasikan sepanjang 27 KM (Lubuk Alung-Kayu Tanam dan Pariaman-Naras). 

Bersamaan dengan pengoperasian segmen Pariaman – Naras ini, juga dilakukan integrasi lintas pelayanan dan jadwal dari 3 lintas pelayanan KA penumpang di Sumatera Barat yaitu KA Sibinuang, KA Lembah Anai dan KA Minangkabau Ekspress. Untuk lintas pelayanan KA Sibinuang, selain diperpanjang lintas pelayanannya, dari yang sebelumnya lintas Padang – Pariaman yang kemudian menjadi Padang – Pariaman – Naras, juga akan terintegrasi jadwal dengan layanan KA Lembah Anai di Stasiun Lubuk Alung dan di Stasiun Duku dengan KA Minangkabau Express. Sedangkan layanan KA Lembah Anai juga akan mengalami perpanjangan lintas pelayanan dari yang semula Stasiun Kayu Tanam - Stasiun Lubuk Alung menjadi Stasiun Kayu Tanam - Stasiun Lubuk Alung – Stasiun Bandara Internasional Minangkabau.

Reaktivasi jalur KA Hampir 30 tahun aktivitas kereta api ke Naras. Terakhir dipergunakan tahun 1998. Sebelum penghentian jalur ini ke Naras ini, stasiun ini berfungi sebagai lokasi transit pengangkutan hasil kelapa sawit dari Pasaman Barat. Sejak itu jalur ditutup, maka perjalanan KA dipotong hanya sampai Pariaman untuk angkutan penumpang.

Penggunaan Stasiun kereta api melalui jalur ini, Pemerintah kolonial Belanda kemudian membangun jalur jalan kereta yang menghubungkan kota‐kota di darek dan di pantai, sejauh Naras di utara Pariaman sebagai kota Pelabuhan Pariaman dan Tiku menjadi titik perdagangan garam. 

Pariaman zaman dulu adalah kota pelabuhan. Sebagai kota pelabuhan, semua jenis komoditas yang menjadi hasil bumi ada di Pariaman. Garam merupakan salah satu komoditas yang dihasilkan dari bumi Pariaman sebagaimana dalam biografi Muhammad Saleh, Prof. Mestika Zed menuliskan: “Pariaman sejak zaman kuno sebetulnya adalah penghasil garam utama. Tidak hanya untuk dataran tinggi darek melainkan juga untuk diekspor sampai ke Aceh. Desa-desa sepanjang pantai Pariaman, terutama Naras dan Tiku di sebelah utara Pariaman, atau Ulakan dan Jambak di selatan, adalah penghasil garam utama di kawasan ini”. Garam menjadi komoditas utama yang bersanding dengan kopi, kapur barus (kamper), kemenyan, lada, beras, kayu manis, gambir, kulit hewan ternak, getah karet, minyak kelapa, dan kopra. Usaha yang dilakukan pengelola untuk meningkatkan sarana angkutan kereta api dengan mendatangkan lokomotif baru dan jalur Padang-Naras juga dioperasikan dengan menggunakan 4 lokomotif baru. 

Walaupun masih menggunakan kereta penumpang dan gerbong yang rata-rata telah berumur 70-90 tahun. Selain itu, pada tahun 1978 telah didatangkan 6 unit lokomotif diesel. Usaha ini merupakan terobosan utama oleh perusahan kereta api untuk tetap mengaktifkan jalur pariaman dan naras agar kerjasama dengan PTPN IV Pasaman untuk mengangkut minyak sawit mentah melalui Naras, Pariaman ke pelabuhan Teluk Bayur.

Menurut rencana pengelola untuk melayani jalur Batu Tabal-Solok dan tambahan jalur Padang-Naras. Lokomotif ini hanya dapat digunakan untuk jalur kereta api yang tidak bergerigi. Usaha ini belum memenuhi pendapatan kereta api karena hanya terbatas pada trayek yang tidak bergerigi dibgaimana yang ditulis oleh Rustian Kamaluddin, Perkembangan Dan Pembangunan Sarana Perhubungan Dalam Pembangunan Regional.

Menurut Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Kelas II Wilayah Sumatera Barat Suranto Ato , walaupun pengoperasian kereta Api saat ini masih dari Stasiun Padang menuju Naras, pengoperasian kereta api dari Naras ke Sungai Limau direncanakan dilakukan pada tahun 2022.

Rencananya tahun 2020 dilakukan studi pengoperasian kereta api dari Naras ke Sungai Limau dilanjutkan pada tahun 2021 akan dilakukan penertiban lahan yang dilewati jalur kereta api dari Naras ke Sungai Limau.

Stasiun Apar
Apar adalah sebuah desa yang berada di wilayah Kecamatan Pariaman Utara, Kota Pariaman. Minimnya informasi terhadap stasiun non aktif berkode AP sehingga bentuk dan peninggalan bangunan tidak diketahui. Stasiun Apar berada di km 64+353.

Stasiun Naras

Stasiun Naras (NRS) atau juga disebut Stasiun Nareh adalah stasiun kereta api kelas III/kecil yang terletak di Jalan Prof. Dr. Hamka Padang Birik-birik, Pariaman Utara, Pariaman. Stasiun yang terletak pada ketinggian +4 m ini termasuk dalam Divisi Regional II Sumatra Barat. Walaupun diberi nama Naras, stasiun ini secara administratif tidak terletak di Nagari Kota Naras I ataupun Nagari Kota Balai Naras, tetapi terletak di sebelah utara kedua nagari kota itu sendiri. Stasiun ini memiliki tiga jalur kereta api dengan jalur 2 merupakan sepur lurus.

Stasiun Kereta Api Naras terdiri dari 3 bangunan yaitu Depo, Stasiun dan Gudang dikutip dari laporan hasil Pendataan dan pemutakhiran data cagar budaya Kota Pariaman tahun 2017.

Stasiun Naras dahulu
Stasiun Kereta Api Naras dibangun sekitar tahun 1900-an dan diresmikan pada 1 Januari 1911 dan ditutup pada tahun 1998 setelah angkutan barang CPO dihentikan.

Mulai 6 Maret 2019 stasiun ini merupakan terminus dari jalur kereta api Lubuk Alung–Pariaman, tetapi sebenarnya masih ada jalur menuju Sungai Limau yang sudah lama dinonaktifkan sejak zaman penjajahan Belanda. Dahulu, stasiun ini pernah melayani angkutan barang CPO, tetapi semenjak layanan tersebut sudah tidak ada lagi sejak 1998 seiring dengan tutupnya perusahaan kelapa sawit pada waktu itu, otomatis stasiun ini sempat dinonaktifkan.

Lokomotif BB 303 72 01 yang digunakan untuk uji coba ke Naras | picture by: KPKD2SB
Saat ini stasiun ini sudah selesai direnovasi dengan bangunan baru yang lebih modern. Rencananya angkutan CPO akan dihidupkan lagi dengan rute hingga menjangkau stasiun ini. Stasiun beserta jalur tersebut telah resmi dioperasikan pada 22 Maret 2019. Perjalanan kereta api Sibinuang yang semula berawal dan berakhir di Stasiun Pariaman, akhirnya resmi berawal dan berakhir di stasiun ini.

Daerah Naras merupakan salah satu nagari yang dilalui oleh jalur kereta api. Kondisi nagari Naras sebagai pemasok Garam untuk daerah pedalaman tentu suatu pertimbangan untuk pembuatan jalur kereta api. Daerah Naras merupakan daerah paling utara dari Rangkaian rel kereta api di Pariaman. 

Melihat dari Peta lama rel kereta api di Sumatera Barat sampai ke Sungai Limau posisi Stasiun Naras sangatlah penting sebagai stasiun transit untuk perdagangan sebagaimana dikutip dari buku menikam jejak kereta api Sumatera Barat. Sedangkan bangunan Depo Stasiun baru dibangun tahun 1976.

Bangunan utama stasiun Kereta Api Naras berada ditengah-tengah antara kedua bangunan pendukung lainnya. Bangunan utama stasiun memiliki ukuran 20 x 8 meter. Bangunan pendukung tersebut antara lain di sisi selatan merupakan bangunan depo dan di sisi utara berupa bangunan gudang. Bagian sisi barat dari stasiun terdapat tiga buah sepur. Bangunan stasiun terdiri dari tiga ruang, antara lain lorong yang berfungsi juga sebagai ruang tunggu dan tempat pembelian tiket, di sisi utara merupakan ruangan kantor sekaligus berfungsi sebagai tempat penjualan tiket, dan di sisi selatan merupakan ruang traksi atau ruang mekanik. Atap berupa limasan dengan bahan terbuat dari genteng dan kerangka atapnya terbuat dari kayu. Bagian dinding tersusun oleh bata berplester dengan kerangka terbuat dari kayu.

Selain dari bangunan inti stasiun, stasiun kereta api naras juga dilengkapi dengan rumah dinas sebanyak 2 bangunan, yang barada pada sisi utara dan barat. Rumah Dinas ini berfungsi sebagai rumah kepala stasiun dan rumah petugas stasiun. Luas Situs Bangunan 148,01 meter² dan luas Lahan 25 m x 300 m (6.000 m²). Menurut Laporan Hasil Daftar Pemutakhiran Data Cagar Budaya Kota Padang Pariaman Tahun 2018. Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat Wilayah Kerja Provinsi Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau Stasiun Kereta Api Naras sudah terinventaris di Balai Pelestarain Cagar budaya dengan noomor 06/BCB-TB/A/07/2007

Stasiun Sungai Limau
Sungai Limau adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Padang Pariaman. Minimnya informasi terhadap stasiun non aktif sehingga bentuk dan peninggalan bangunan tidak diketahui. Stasiun Sungai Limau berada di km 74.

Layanan Kereta Api 
KA Dang Tuanku

Kereta api Dang Tuanku adalah kereta api yang melayani Padang-Pariaman PP. Kereta api ini adalah kereta api wisata, dan membantu tugas kereta api Sibinuang. Namun kereta api ini berjalan hanya hari Sabtu, dan Minggu. Setiap perjalanannya kereta api ini membawa 5 kereta. Kereta api ini dioperasikan oleh PT. Kereta Api Indonesia dan beroperasi di wilayah Divisi Regional II Sumatra Barat. Sejak 2015, kereta api ini berhenti beroperasi secara reguler.
KA Dang Tuanku Padang - Pariaman PP dengan rangkaian Nippon Sharyo
KA Sibinuang
KA Ekonomi Sibinuang ini beroperasi sejak tahun 2008 yang layanan awal kereta api ini berkapasitas 320 penumpang yang terdiri dari 5 kereta AC ekonomi yang melayani koridor Padang – Pariaman. dengan klasifikasi 1 kereta lokomotif (kepala) dan 5 kereta penumpang.

Kereta api Sibinuang merupakan kereta api penumpang lokal kelas ekonomi AC yang dioperasikan oleh PT Kereta api Indonesia (Persero) Divisi Regional II Padang yang melayani rute Padang-Naras dan KA ini berada di bawah kendali Divisi Regional II Sumatra Barat. Kereta api ini merupakan salah satu dari sedikit layanan kereta api penumpang yang dioperasikan di sana bersama dengan kereta bandara Minangkabau Ekspres dan bus rel Lembah Anai.

Kereta api ini melaksanakan perjalanan Padang-Pariaman 4 kali pergi-pulang (pp) dalam satu perjalanan sehari dengan tarif Rp5.000,00.

Sejak akhir 2015 kereta api ini sudah berhenti di halte-halte kereta api di Kota Padang yang sudah dibangun pada saat itu. Mulai 22 Maret 2019, relasi kereta api Sibinuang diperpanjang hingga Stasiun Naras seiring dengan selesainya reaktivasi jalur Pariaman-Naras.

Berikut ini adalah susunan rangkaian KA Sibinuang:

1 lokomotif BB303
5 kereta ekonomi AC (K3 2009 PD dan/atau K3 PD ex RK)
1 kereta makan pembangkit (KMP3 2009 PD dan/atau KP3 PD ex RK)

KA Sibinuang












Tidak ada komentar:

Posting Komentar