Senin, 30 Maret 2020

Jejak Kereta Angkutan Kayu di Pulau Simeulue, Aceh

Kabupaten Simeulue adalah salah satu kabupaten di Aceh, Indonesia. Berada kurang lebih 150 km dari lepas pantai barat Aceh, Kabupaten Simeulue berdiri tegar di Samudera Indonesia. Kabupaten Simeulue merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat sejak tahun 1999, dengan harapan pembangunan semakin ditingkatkan di kawasan ini.

Ibu kota Kabupaten Simeulue adalah Sinabang, kalau diucapkan dengan logat daerah adalah Si navang yang berasal dari legenda Navang. Navang adalah si pembuat garam masa dulu di daerah Babang (pintu masuk teluk Sinabang. Dulunya Navang membuat garam dengan membendung air laut yang masuk ke pantai Babang, kemudian dikeringkan lalu menjadilah garam. Garam Navang lambat laun menjadi dikenal di sekitar Ujung Panarusan sampai ke Lugu. Jika penduduk membutuhkan garam, maka mereka akan menuju si Navang, yang lambat laun konsonan 'V' pada Navang berubah menjadi Nabang. Sementara Sibigo ibu kota kecamatan Simeulue Barat berasal dari kata/kalimat CV dan Co karena masa-masa penjajahan dulu, Sibigo adalah lokasi perusahaan pengolahan kayu Rasak - sejenis kayu sangat keras setara dengan Jati - yang dikirim ke Belanda via laut.

Letak Pulau Simeulue, Aceh

Karena posisi geografisnya yang terisolasi dari Pulau Sumatra, hiruk-pikuk konflik di Aceh daratan tidak pernah berimbas di kawasan ini, bahkan tidak ada pergerakan GAM di kawasan kepulauan ini.

Kepulauan Simeulue yang terpisah dari daratan utama Provinsi Aceh di Pulau Sumatra, tepatnya di Samudra Hindia ternyata pernah memiliki jaringan jalur kereta api untuk kebutuhan angkutan kayu gelondongan dari pedalaman hutan Simeulue menuju ke pelabuhan yang jaraknya kurang lebih 30-35km. Ukuran rel yang dipergunakan untuk keperluan angkutan kayu ini menggunakan lebar rel berukuran 1435mm (Standart Gauge). 


Dalam lingkaran merah, Tanda jalur kereta api di Kepulauan Simeulue, Aceh. Sumber: http://maps.library.leiden.edu / topographic maps 1913.

Pada November 1902 asisten residen mayor Van Daalen melakukan perjalanan ke pulau Simeulue tersebut, untuk mencari daerah yang sesuai untuk seorang pengusaha yang merencanakan mendirikan penebangan kayu, dan pilihan jatuh pada suatu daerah pada hutan-hutan disekitar teluk Duabang. Dalam bulan Maret 1903 diberikan izin penebangan sementara, dan beberapa tentara dibawah pimpinan seorang sersan ditempatkan di Duabang, demi keselamatan penebang,pada awalnya 50 orang cina.

Lokasi pengambilan kayu dan jalur rel di pulau Simeulue yang membelah hutan belantara. Foto: KITLV
Pada tanggal 7 September 1904 tempat tenda tersebut diserang. Beberapa orang meninggal dan semua kesepuluh senapan hilang, tetapi segera direbut kembali. Penelitian yang dilakukan oleh Ir. Jansen pada tahun 1902/3 tentang adanya batu bara di pulau tersebut, tidak menghasilkan sesuatu yang baik. Mayor Van Daalen diperjalanan ditemani oleh pengawas Westenenk, yang mengambil kesempatan ini mengumpulkan bahan untuk suatu “Daftar kata-kata Simaloer, yang diterbitkan dalam sumbangan T.L. & Vk. V. N.I. bagian 56, hal. 302, dan suatu karangan dengan judul “Simaloer: dalam terbitan ke-1 dari tahun 1904 dari Majalah Persatuan Ilmu Bumi Kerajaan Belanda.

Lintasan rel perusahaan kayu Simaloer di Poelau Simeuloeë di lepas pantai barat Aceh. Foto: KITLV
Konsesi-konsesi yang diberikan selanjutnya pada tahun 1906 diserahkan kepada Perusahaan eksplotasi hutan Aceh, dan pada bulan Oktober 1910 mereka pindah ke Perusahaan eksplotasi hutan Jawa, yang berlokasi Sinabang (hulu Sinabang). Di tempat penggergajian listrik tersebut melakukan eksploitasi hutan raksasa-raksasa yang memiliki sampai dengan tinggi 75 – 100 M ditebang, ditarik mengikuti cara-cara Amerika, dan seterusnya diangkut dengan rel kereta terutama pohon-pohon Rasak Shorea barbata Brandis, ke penampungan khusus yang digali oleh mesin pengali, dan dijadikan balok dan papan.

Jembatana Rel pada Jalur kereta api perusahaan kayu Simaloer di Pulau Simeuloeë di lepas pantai barat Aceh. Foto: KITLV

Pada tahun 1906 di Simaloer utara masih diberikan izin penebangan kayu kepada seorang pengusaha, yang bermukim di Sibigo. Konsesi mereka dialihkan kepada Perusahaan Kayu Simaloer Utara pada tahun 1912. Suatu penggabungan antara perusahaan hutan Jawa dan Perusahaan Penebangan Kayu Simaloer Utara terjadi dalam tahun 1917.

Emplasemen perusahaan penebangan Simaloer lengkap dengan jaringan keretanya di Pulau Simeuloeë di lepas pantai barat Aceh. Foto: KITLV
 Tercatat dalam sejarah ukuran rel serupa dipergunakan oleh perusahan NISM di pulau Jawa. Lokomotif yang diperguakan pun juga unik. Ada 3 Lokomotif yang sempat tercatat beroperasi di jalur angkutan kayu ini. Lokomotif-lokomotif tersebut adalah lokomotif 0-4-0T (Jerman) Climax type A, dan Climax type B (USA). Gerbong yang diperguankan untuk mengakut gelondongan kayu juga sudah didesain khusus dan memiliki bentuk yang sama persis seperti yang dipergunakan oleh perusahaan logging kayu di Amerika Serikat.

Lokomotif 0-4-0T (pabrikan jerman) sedang melangsir gerbong bermuatan gelondongan kayu di pelabuhan Sinabang, Simeulue, Aceh. Foto: Tropen Museum
Lokomotif-lokomotif yang dipergunakan di pulau Simeulue memiliki kriteria khusus,  seperti Lokomotif Climax yang memang didesain untuk angkutan kayu gelondongan dan logging. Selain itu kelebihan lokomotif ini memiliki tekanan beban gandar yang ringan sehingga cocok dipergunakan untuk industri ini. Kelebihan lokomotif model ini dapat melewati jalur rel yang tergolong tidak rata track bednya dan jelek kualitasnya.

Lokomotif Climax type C (pabrikan Amerika Serikat) yang sedang melangsir gerbong kosong di pelabuhan Sinabang, Simeulue, Aceh. Foto: Tropen Museum
Dengan ini sendiri sudah tercatat ada 3 unit lokomotif Climax yang pernah beroperasi di Hinda Belanda (Indonesia). 2 Climax type A. 1 berada di perhutani cepu (Tjabak) dengan ukuran lebar rel 1067mm dan 1 lagi berada di Simeulue Aceh dengan ukuran lebar rel 1435mm. Sedangkan Climax type B juga beroperasi di Simeulue Aceh dengan ukuran lebar rel 1435mm.

Mesin pengolahan kayu ditarik menggunakan kereta dari perusahaan penebangan kayu Simaloer di Poelau Simeuloeë di lepas pantai barat Aceh. Foto : KITLV

1 Lokomotif uap lain yang masih misterius adalah lokomotif uap dengan model roda 0-4-0T (pabrikan jerman) saya pribadi menduga lokomotif ini merupakan produk dari pabrikan Orenstein & Koppel (O&K)  yang di identifikasi dari bentuk lokomotifnya.

Sungguh disayangkan, minimnya dokumentasi dan data-data penunjang akan sejarah dan cerita mengenai jalur kereta api di Kepulauan Simeulue sangat minim. Diperkirakan jalur pengakut kayu ini di tutup pada tahun 1920an ketika krisis ekonomi melanda dunia. Sisa-sisa peninggalannya pun tak berbekas. Track bed, rel, maupun infrastruktur belum pernah terdokumentasikan setelah Indonesia merdeka. Nasip dari lokomotif-lokomotifnya sendiri kurang jelas, apakah dibesituakan di Simeulue atau dibawa keluar pulau untuk dipergunakan di tempat lain.

Sumber : https://jalanbaja.wordpress.com/2017/01/07/jejak-rel-di-pulau-simeulue-aceh/ 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar